Kisah Miris Nenek Eneng yang Disorot Anies Saat Kampanye

<
Mak Eneng ketika ditemui di tempat tinggalnya di Koja, Jakarta Utara (Liputan6.com/ Ika Defianti)

Kehidupan Nenek Eneng atau biasa dipanggil Mak Eneng pernah diangkat oleh Anies Baswedan ketika mengikuti debat Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2017 pada waktu lalu. Anies menyebut terdapat warga Jakarta yang mengaku kelaparan ketika beliau melaksanakan kampanye di Kampung Beting, Koja, Jakarta Utara.

Saat menyambangi tempat tinggal Mak Eneng, Senin (23/10/2017), Liputan6.com harus melewati gang berukuran 75 sentimeter dengan panjang dua meter untuk menuju rumah yang berukuran 2X2 meter itu. Tak ada pintu layaknya hunian pada umumnya. Mirisnya, ia tinggal sebatang kara di tempat tersebut.

Aktivitasnya hanya dapat dilakukannya di atas rumah panggung dengan lantai triplek. Sebab, kedua matanya sudah tak berfungsi. Untuk meminta makanan dan minuman pun, dilakukannya dengan berteriak kepada tetangga.

"Lapar, tolong, tolong, lapar ini," teriak Rumianingsih, warga RT 003/RW 019, Kampung Beting, kepada warga lainnya.

Saat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mendatangi rumah Mak Eneng, Rumianingsih sempat menyaksikannya. Tak hanya mengobrol, kata dia, Anies juga menunjukkan pertolongan yang dititipkan kepada Ketua RT.

Dia menjelaskan, dahulu Mak Eneng sempat bekerja sebagai tukang pijat. Namun setelah terjadi insiden kecelakaan beberapa tahun lalu, beliau tidak dapat melihat dan tidak dapat melaksanakan kegiatan lainnya.

Terendam Banjir

Bahkan untuk buang air besar ataupun kecil, Mak Eneng melaksanakan di sekitar rumah panggungnya. Sehingga terdapat anyir tak sedap kala siapapun datang ke tempat tinggalnya.

Lanjut dia, Mak Eneng pernah diungsikan di pos RW Kampung Beting kala ekspresi dominan banjir tiba. Sebab, wilayah itu sering terendam banjir kala ekspresi dominan hujan. Apalagi tempat tinggalnya merupakan tempat bekas rawa-rawa yang membuat beberapa rumah dapat terperosok ke dalam. Seperti halnya rumah yang ditempati oleh Mak Eneng.

Namun usai itu, rumah Mak Eneng sempat diperbaiki Ketua RT setempat. Tempat tinggalnya direnovasi berbentuk panggung biar tiap banjir tiba, beliau tak perlu mengungsi.

"Kalau banjir mampu sampe sebetis. Dulu diungsikan sebentar, di sana juga bekas buang air besar dan air kecil kita bersihkan bareng-bareng," papar dia.

Ketua RT 003/RW 019 Kampung Beting, Agus Zaenal menyatakan tak pernah meminta kepada warganya untuk bergantian membantu Mak Eneng.

Bantuan dari warga memang hanya berdasarkan panggilan hati dari tetangga sebelahnya saja.

"Enggak pernah koordinir, tapi sukarela dari tetangga bersahabat saja. Kalau ada pemeriksaan lansia, iya kita antar," kata Agus.

Untuk kartu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan, kata Agus, Mak Eneng sempat memilikinya. Namun, dengan kondisi rumah yang hanya berbentuk bale-bale, kartu itu pun hilang.

"Sering hilang, makanya KTP dan KK kita yang simpan. Takut hilang," ujar Agus.

Hal itu juga diungkapkan oleh Mak Eneng ketika ditanya soal manajemen kependudukannya. Dia menyadari keadaan tempat tinggalnya yang tidak memungkinkan memang menitipkan KTP dan KK ke Ketua RT.

"Punya lah KTP, dulu dianterin sama Bu RW ke kelurahan. Ini banyak lubang makanya dititipin," ucap Mak Eneng.

Sudah Lapor Dinsos

Ketua RW 019 Kampung Beting, Ricardo Hutahaean mengakui salah satu warganya sudah lama tinggal di rumah berukuran 2x2 meter. Beberapa kali pihaknya telah mencoba melaporkan kepada pihak Dinas Sosial DKI Jakarta untuk memproses kelangsungan hidup Mak Eneng.

Namun, kata Ricardo, belum terdapat tindak lanjut dari Dinsos. Bahkan, pengajuan sebagai Program Keluarga Harapan (PKH) dari Kementerian Sosial (Kemensos) juga belum terealisasi sampai ketika ini.

Saat ditanyakan akan hal itu, kata dia, pihak kelurahan mengatakan sudah melaksanakan pengajuan itu. Tetapi, memang nama Mak Eneng tidak tercatat sebagai salah satu bagiannya.

Kartu Jakarta Sehat (KJS) sebagai salah satu acara kesehatan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta juga tidak menjangkau Mak Eneng.

"Kalau ditanyakan, mereka cuma bilang susah diajukan. Tapi ketika datanya balik ke kelurahan, enggak ada nama Mak Eneng," kata Ricardo.

Soal tanggal lahir yang tercantum di Kartu Tanda Penduduk (KTP), kata dia, memang tidak sesuai dengan perawakan Mak Eneng yang sudah tampak bau tanah dengan kerutan di tubuhnya.

Menurut Ricardo, usia Mak Eneng bekisar 80 tahun. Tetapi yang tercantum di KTP berkelahiran tahun 1961.

"Saat buat KTP, seomongannya dia. Tapi setahu saya umurnya berkisaran 80 tahun," terang dia.


Sumber today.line.me

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kisah Miris Nenek Eneng yang Disorot Anies Saat Kampanye"

Posting Komentar